Selasa, 28 April 2020

MATERI_1 DAN TUGAS | BAB 4 KEMBANGKAN KEGEMARAN MEMBACA


Kembangkan Kegemaran Membaca





(Sumber: radiobintangsembilan.com)

Membaca merupakan kegiatan wajib bagi seorang pelajar. Kamu setuju dengan pernyataan itu, pastinya! Bacaan itu tidak hanya berupa buku pelajaran, tetapi masih banyak sumber-sumber lain yang bisa kita baca: bisa buku kumpulan cerpen, novel, di samping e-book, dan buku-buku ilmu pengetahuan populer.

Tiada hari tanpa membaca karena membaca merupakan jalan lurus menuju manusia cerdas dan berjaya. Dengan membaca kamu bisa memperoleh banyak wawasan dan pengetahuan. Dengan membaca kamu pun bisa memperoleh hiburan dan kesenangan.
A.Menggali Informasi dalam Buku Fiksi dan Nonfiksi
Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan mampu : Menggali dan menemukan informasi dari buku fiksi dan nonfiksi yang kamu baca.
1. Keragaman Informasi dalam Buku Fiksi dan Nonfiksi
Buku (bacaan) dapat dibagi ke dalam dua jenis, yakni buku fiksi dan nonfiksi.
a.    Buku fiksi, contohnya kumpulan dongeng, cerpen, novel, dan drama.
b.    Buku nonfiksi, contohnya buku pelajaran, ilmiah populer, dan biografi.

Seseorang membaca buku fiksi pada umumnya untuk memperoleh hiburan ataupun kesenangan. Coba, kamu pikirkan kembali, apa yang kamu inginkan ketika membaca novel? Ketika itu akan muncul berbagai perasaan yang muncul seiring dengan perjalanan hidup yang dialami tokoh novel tersebut.

Tidak demikian halnya ketika kamu membaca buku pelajaran, buku ilmiah, ataupun buku nonfiksi lainnya; yang kamu peroleh ketika itu adalah sejumlah informasi, pengetahuan, ataupun     wawasan.
.



Setelah mempelajari materi, selanjutnya coba kalian kerjakan tugas latihan di link berikut:



Senin, 20 April 2020

MATERI_6 DAN TUGAS | BAB 3 DRAMA KEHIDUPAN

Pementasan Karya Sendiri

     Belum sempurna tentunya kalau naskah yang telah kamu buat itu tidak dipentaskan. Oleh karena itu, perhatikan langkah-langkah pementasan drama berikut:

a.
Melakukan pembedahan secara bersama-sama terhadap isi naskah yang akan dipentaskan. Tujuannya agar semua calon pemain memahami isi naskah yang akan dimainkan.
b.
Reading. Calon pemain membaca keseluruhan naskah sehingga dapat mengenal masing-masing peran.
c.
Casting. Melakukan pemilihan peran. Tujuannya agar peran yang akan dimainkan sesuai dengan kemampuan akting pemain.
d.
Mendalami peran yang akan dimainkan. Pendalaman peran dilakukan dengan mengadakan pengamatan di lapangan. Misalnya, peran itu sebagai seorang tukang jamu, lakukanlah pengamatan terhadap kebiasaan dan cara kehidupan para tukang jamu.
e.
Blocking. Sutradara mengatur teknis pentas, yakni dengan cara mengarahkan dan mengatur pemain. Misalnya, dari mana seorang pemain harus muncul dan dari mana mereka berada ketika dialog dimainkan.
f.
Running. Pemain menjalani latihan secara lengkap, mulai dari dialog sampai pengaturan pentas.
g.
Gladi resik atau latihan terakhir sebelum pentas. Semua bermain dari awal sampai akhir melakukan latihan akhir; tanpa ada kesalahan lagi.
h.
Pementasan. Semua pemain sudah siap dengan kostumnya. Dekorasi panggung sudah lengkap.

Kerjakan tugas individu di link berikut:

https://docs.google.com/forms/d/e/1FAIpQLSfDCZtUpF0dk0lOsEEfb8cTdz07LusUzQ5U9milRtXcnN2HhQ/viewform

Senin, 13 April 2020

MATERI_5 DAN TUGAS | BAB 3 DRAMA KEHIDUPAN


Menulis Teks Drama

Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan mampu: Menulis drama dengan memperhatikan kaidah penulisan drama dan orisinalitas ide.

1.   Teks Drama dari Karya yang Sudah Ada
Membuat naskah drama dari karya yang sudah ada tidak begitu sulit. Hal  ini karena ide cerita, alur, latar, dan unsur-unsur lainnya sudah ada. Kamu hanya mengubah formatnya ke dalam bentuk dialog. Seperti yang kamu ketahui bahwa ciri utama drama adalah bentuk penyajiannya berbentuk dialog. Oleh karena itu, tugas kamu dalam hal ini adalah mengubah seluruh rangkaian cerita yang ada dalam novel ke dalam bentuk dialog. Adapun dalam dialog itu, ada tiga unsur yang tidak boleh dilupakan, yakni tokoh, wawancang, dan kramagung.
1.
Tokoh adalah pelaku yang mengujarkan dialog itu.
2.
Wawancang adalah dialog itu sendiri atau percakapan yang diujarkan oleh tokoh.
3.
Kramagung adalah petunjuk perilaku, tindakan, atau perbuatan yang harus dilakukan oleh tokoh.

2.   Naskah Drama dengan Orisinalitas Ide
Naskah drama dapat dibuat berdasarkan karya yang sudah ada, misalnya dari dongeng, cerpen, novel, biografi, dan sumber-sumber lain. Akan lebih baik, apabila naskah itu dibuat sendiri, berdasarkan imajinasi dan pengalaman sendiri, sehingga hasilnya lebih orisinal.
Langkah-langkah penulisannya tidak jauh berbeda dengan ketika menulis cerpen, puisi, ataupun karya-karya fiksi lain. Langkah pertama adalah menentukan topik, yakni berupa suatu peristiwa yang menarik dan memiliki konflik yang kuat. Kedua, menentukan tokoh-tokoh yang terlibat di dalamnya serta karakternya. Ketiga, membuat kerangka alur, yang menarik dan tidak mudah ditebak (penuh kejutan). Keempat, mengembangkan kerangka itu ke dalam dialog-dialog dengan memperhatikan struktur dan kaidah kebahasaannya yang tepat.
1.
Struktur drama meliputi prolog, dialog, dan epilognya. Dalam dialog ada bagian orientasi, komplikasi, dan resolusi.
2.
Kaidah kebahasaan ditandai oleh kalimat-kalimat langsung dengan pilihan kata yang menggambarkan karakter tokoh dan situasi percakapannya.


           KERJAKAN TUGAS INDIVIDU DI LINK BERIKUT INI! 
           
https://docs.google.com/forms/d/e/1FAIpQLSdjZNrfMYpjL5djYYYxKkISwWR3gA5QTOiLbPBLZjJK_svaxw/viewform 



Minggu, 05 April 2020

MATERI_4 DAN TUGAS | BAB 3 DRAMA KEHIDUPAN

Kaidah Kebahasaan Drama


Kalimat langsung dalam drama lazimnya diapit oleh dua tanda petik (” ”)Teks drama menggunakan kata ganti orang ketiga pada bagian prolog atau epilognya. Karena melibatkan banyak pelaku (tokoh), kata ganti yang lazim digunakan adalah mereka.
Lain halnya dengan bagian dialognya, yang kata gantinya adalah kata orang pertama dan kedua. Mungkin juga digunakan kata-kata sapaan. Seperti yang tampak pada contoh teks drama tersebut bahwa kata-kata ganti yang dimaksud adalah aku, saya, kami, kita, kamu. Adapun kata sapaan, misalnya, anak-anak, ibu.
Sebagaimana halnya percakapan sehari-hari, dialog dalam teks drama juga tidak lepas dari munculnya kata-kata tidak baku dan kosakata percakapan, seperti kok, sih, dong, oh. Di dalamnya juga banyak ditemukan kalimat seru, suruhan, pertanyaan. Perhatikan contoh berikut!
1.    Selamat pagi, Anak-anak!
2.    Selamat pagi, Buuuuuu!
3.    Wah…jangan marah dong, aku kan cuma bercanda!
4.    Arga, kenapa sih kamu selalu usil?
5.    Kenapa kamu selalu mengejek aku?
6.    Memangnya kamu suka kalau diejek?
7.    Aduh…maaf deh! Kamu marah ya, In?
Selain itu, teks drama memiliki ciri-ciri kebahasaan sebagai berikut.
  1. Banyak menggunakan kata yang menyatakan urutan waktu (konjungsi temporal), seperti: sebelum, sekarang, setelah itu, mula-mula, kemudian.
  2. Banyak menggunakan kata kerja yang menggambarkan suatu peristiwa yang terjadi, seperti menyuruh, menobatkan, menyingkirkan, menghadap, beristirahat.
  3. Banyak menggunakan kata kerja yang menyatakan sesuatu yang dipikirkan atau dirasakan oleh tokoh, seperti : merasakan, menginginkan, mengharapkan, mendambakan, mengalami.
  4. Menggunakan kata-kata sifat untuk menggambarkan tokoh, tempat, atau suasana. Kata-kata yang dimaksud, misalnya, ramai, bersih, baik, gagah, kuat.

Kalimat Tanya

Kalimat tanya (introgatif) adalah kalimat yang isinya menanyakan sesuatu atau seseorang. Kalimat tanya digunakan ketika ingin mengetahui barang, orang, waktu, tempat, cara, dan yang lainnya.
Perhatikan contoh penggunaannya dalam penggalan wacana di bawah ini.
1.
Di antara kerumunan muncullah seorang lelaki muda mendekati ibu tadi lalu berjongkok.
2.
”Ibu mau pergi ke mana?”
3.
”Aku mau pulang,” katanya dengan nada lemah.
4.
”Pulang ke mana?”
5.
”Sebenarnya aku sudah mengunjungi rumah kakakku, tetapi tidak ada di rumah.”
6.
”Memangnya rumah ibu di mana?”
7.
”Rumahku jauh di Garut. Eh, ehm… anu.”
8.
”Ada apa Bu?”
9.
”Be… be… begini, Jang.”
10.
”Aku butuh uang untuk ongkos pulang.”
11.
”Uangku habis bahkan untuk membeli minum pun tidak ada.”

(Sumber: Cerpen “Ibuku Sayang, Ibuku Malang” oleh Lina Budiarti).


Kalimat tanya dinyatakan dengan kalimat nomor 2), 4), 6), dan 8). Selain ditandai oleh tanda tanya (?), kalimat itu disertai dengan kata tanya mana dan apa. Meskipun demikian, kalimat tanya ada pula yang tidak disertai dengan kata tanya. Perhatikan contoh sebagai berikut.
1.
Kak Alam sudah kuliah?
2.
Ini rumah Pak Kosasih?
3.
Tadi malam hujan, ya?


Kalimat tanya pun banyak sekali ragamnya. Ada yang disebut dengan kalimat tanya retoris, kalimat tanya yang hanya memerlukan jawaban ”ya” atau ”tidak”, kalimat tanya yang memiliki tujuan selain bertanya. Berikut contoh-contohnya:
a.
Kalimat tanya yang hanya memerlukan jawaban ya atau tidak. Kalimat ini biasa digunakan untuk tujuan klarifikasi atau meminta kepsatian.

Contoh:

1.
Jadi, betul para petani di sini mengalami gagal panen?

2.
Katanya Anda mau menanam sayur-sayuran di lahan ini?
b.
Kalimat tanya yang tidak memerlukan jawaban. (pertanyaan retoris)

Contoh:

1.
Petani mana yang tidak ingin untung dari usahanya?

2.
Siapa sih yang berharap usahanya merugi terus?
c.
Kalimat tanya yang memiliki tujuan selain bertanya.
Dari segi tujuannya kalimat ini serupa dengan kalimat perintah. Kalimat itu sesungguhnya berisikan suruhan, permintaan, ajaan, rayuan, sindiran, sanggahan.

Contoh:

1.
Mau tidak kamu mengambil benih itu di rumah Pak Lurah? (permintaan, suruhan).

2.
Kamu mau kan bekerja di kebun saya? (ajakan)

3.
Masa seorang petani sekadar untuk menanam padi pun tidak bisa? (sindiran)

Setelah kalian mempelajari kaidah kebahasaan teks drama, selanjutnya coba kalian kerjakan tugas di link berikut:

https://docs.google.com/forms/d/e/1FAIpQLSfKdy5sBBBowMDvsLvMVNDNOaEM_Ecsh2TJHK4Y8sCP75eppA/viewform







MATERI_4 | BAB 4 KEMBANGKAN KEGEMARAN MEMBACA

Menyajikan Peta Konsep dari Isi Buku Fiksi/Nonfiksi Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan mampu: membuat peta pikiran dari is...